Minggu, September 14, 2014

Densus 88 bikin takut aktivis muslim dan bikin missionaris salib semakin berani

 

Tujuh Orang ditangkap Densus 88, Termasuk Warga Turki. Apa Tanggapan CIIA?

PARIGI MOUTONG (voa-islam.com) - Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri menangkap tujuh orang di desa Marantale Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), pada hari Sabtu 13 September 2014 pada pukul 16.00 WITA.

Diantaranya terdapat empat WNA asal Turki dan tiga warga lokal disergap Densus 88 dan Minggu pagi tadi (14/9) diterbangkan ke Abu Ja'farkarta melalui Bandara Udara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu, Sulawesi Tengah. “Saat ini 3 orang yang tertangkap diamankan di Polres Parigi Moutong dan 4 orang asing tersebut masih dilakukan pengejaran,” kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Pol Ronny Franky Sompie,Sabtu (13/9/2014).

Keempat warga Turki dengan pengawalan ketat berangkat pada hari Minggu pukul 07.20 WITA menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 623. Diperkirakan mereka tiba di Bandara Soekarno-Hatta sekira pukul 08.00 WIB.

“Sampai di Cengkareng dan langsung dibawa ke (Mako Brimob) Kelapa Dua, Depok,” kata Kasat Reserse Mobil Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Herry Heryawan, pada Minggu (14/9/2014) seperti dilansirVivanews.

1) Saiful Priatna alias Ipul (29 tahun), warga Tawaili, Palu Utara.
2) M Irfan (21 tahun), warga Tawaili Palu.
3) Yudit Chandra alias Ichan (28 tahun), warga Palu Utara.
4) Abdul Basyit, 5) Ahmed Bozoghlan, 6) Atlincin Bayram, dan 7) Alphin Zubaidan (4 orang WNA Turki).

Tanggapan The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA)

Menanggapi beredarnya informasi sepihak ini, Voa-Islam mendapat penjelasan dari Ustadz Harist Abu Ulya melalui Whatsapp, Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), meminta Densus 88 tidak mendramatisir penangkapan empat warga negara asing asal Turki di Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulteng.

Belum tentu mereka merupakan anggota kelompok teroris seperti yang dituduhkan. “Polri tidak perlu umbar opini dan spekulasi, dalami saja kenapa WNA masuk Poso dan pelanggaran apa yang dilakukan oleh WNA tersebut,” tegasnya kepada Okezone di Jakarta, Minggu (14/9/2014).

Keempat warga negara Turki tersebut yaitu, A Basyit, A Bozoghlan, A Bayram dan A Zubaidan, dibekuk Densus 88 di Desa Marantale, Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong pada Sabtu dini hari lantaran kabur menggunakan mobil Avanza saat dihentikan polisi.

Sementara tiga WNI yang menjemput mereka dari Makassar yaitu, Saipul Prianta (30), Yudi Candra (28), dan Moh Irfan (21) berhasil disergap saat razia yang dilakukan aparat di depan Mapolres Parigi Moutong.

Oleh Mabes Polri Saipul yang berprofesi sebagai guru dituding menyembunyikan buronan kasus teroris, Mukhtar. Melalui Mukhtar inilah diduga para warga asing tersebut akan dibawa ke Poso untuk bergabung dengan kelompok Santoso.

Analisa berbeda disampaikan Harits Abu Ulya. Menurut dia argumentasi Densus 88 menduga empat orang asing ini sebagai anggota jaringan teroris terlalu prematur.

“Kenapa WNA dikaitkan "teroris" yang mau gabung Santoso Cs, karena salah satu dari 3 orang WNI diindikasikan punya hubungan dengan orang-orang yang di-DPO kan. WNA jalan-jalan ke Tentena, Poso banyak, cuma WNA yang berwajah Arab memang rawan di curigai jika jalan-jalan ke Poso. Semua yang disampaikan oleh pihak polisi masih spekulasi dengan berdasar beberpa indikasi, misal saat ada pencegatan justru mereka menghindar dan lari,” ulasnya.

Harits justru curiga ada motif lain dibalik penangkapan empat warga asing bersama tiga WNI di atas. Salah satunya untuk membuat opini seolah-olah jaringan teroris Indonesia sudah terhubunga dengan teroris internasional.

WNA mau gabung Santoso menurut saya itu kurang kerjaan, meraka tidak paham medan jihad. Makanya aneh menurut saya WNA datang dengan kepentingan diwilayah yang mereka tidak paham.

“WNA mau gabung Santoso menurut saya itu kurang kerjaan, meraka tidak paham medan jihad. Makanya aneh menurut saya WNA datang dengan kepentingan diwilayah yang mereka tidak paham. Bisa jadi ini pancingan dan jebakan untuk mereka, kepentingannya utnuk membuat cerita lebih serius kelompok teroris lokal terhubung dengan jaringan luar negeri atau global,” ulasnya.

Kini keempat terduga teroris asal Turki sudah dibawa ke Jakarta. Mereka akan diperiksa selama 7 x 24 jam. Sementara tiga WNI yang ikut ditangkap karena menjemput mereka masih ditahan di Sulteng. [brbs/adivammar/voa-islam.com]

 Komentarku ( Mahrus ali ):
Penangkapan orang – orang yang dituduh teroris tanpa pengadilan yang proffesioanl tapi dengan arogansi adalah tidak layak di lakukan, harus di tinggalkan. Tidak boleh di ulang tapi harus berhenti seketika, jangan nanti dulu. Beraninya Densus 88 hanya kepada orang yang tidak mampu , takut kepada tentara asing dan taat kepadanya.
Densus 88 itu di buat untuk menakut – nakuti aktivis muslim, membikin missionaris kristen tepuk tangan kegembiraan . Mestinya aktivis muslim di beri motivasi agar lebih mantap dan missionaris kristen di takut – takuti. Dan sejak dulu, bukan sekarang saja, mereka dengan nama apapun, tujuannya hanya satu, yaitu bikin suasana takut kepada orang yang konsis untuk penegakan sariat Allah untuk menghancurkan sariat Iblis bukan missionaris kafir yang menjunjung sariat kafir untuk menjatuhkan sariat muslim. Ingatlah ayat ini:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ ۖ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِ ۚ وَمَن يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan orang - orang yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. Zumar 36.

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan