Rabu, September 03, 2014

ISIS atau Syi`ah yang kejam



Wahabi, ISIS, dan Khawarijisme
Oleh: Darmawan Sepriyossa
nasional - Senin, 1 September 2014 | 07:47 WIB

INILAHCOM, Jakarta— Al Syahrustani dalam kitab Al Milal wa Al-Nihal menulis,”(Dalam sejarah Islam) Tidak pernah pedang dihunus dan tak pernah darah ditumpahkan seperti karena pertikaian dalam soal imamah.” Artinya, dalam soal imamah (kepemimpinan—artinya masalah internalnya sendiri), orang Islam bisa lebih kejam.
Dalam perspektif inilah mungkin kita bisa melihat kasus Daulah Islam Irak dan Suriah (ISIS) lebih menyeluruh. Sebab, bagaimana mungkin kita bisa memahami teganya kalangan ISIS—dan sebaliknya, bisa membunuh sesama muslim, saudaranya seagama yang bertuhan sama dan bersahadat sama, kecuali dengan kerangka berpikir seperti di atas. Kita tahu, musuh yang diperangi ISIS seringkali sesama Muslim—meski mereka memberinya embel-embel primordial lain, Syiah, misalnya.
Menurut saya, kita akan gagal memahami ISIS tanpa memahami lebih dulu akar persoalan yang di hari-hari terakhir ini memunculkan tak hanya ISIS, melainkan hal-hal yang menduluinya: terorisme dunia Islam, kelompok takfiri, hingga ISIS. Akar persoalan itu sepertinya paham Wahabisme, dan jauh sebelumnya paham Khawarij.
Secara sejarah, kaum Khawarij adalah kelompok yang sebelumnya mendukung Ali bin Abi Thalib dalam Perang Jamal dan Perang Shiffin, tetapi kemudian membelot. Belakangan, mereka bahkan membunuh Ali—dan mencoba membunuh lawan Ali, Muawiyah, meski gagal.
Tetapi timbulnya Khawarij memang datang dan berawal dari pemahaman. Inilah kelompok yang begitu fanatik akan mazhab, jauh lebih dalam daripada fanatik (cinta) kepada agama Islam dan kaum Muslim.
Konon, Rasulullah SAW jah-jauh hari telah mewanti-wanti. “Akan keluar dari umat ini kelompok yang memandang rendah salat kalian bila dibandingkan dengan salat mereka. Mereka membaca Alquran tapi tidak lebih dari lewatnya suara dari tenggorokan. Mereka keluar dari agama bagaikan lepasnya anak panah dari busurnya.”
Apa tanda-tanda kelompok Khawarij? Pertama, mereka sangat patuh kepada teks-teks formal Alquran dan hadits. Mereka hampir tak dapat menangkap yang tersirat. Orang Khawarij mewajibkan wanita haid untuk berpuasa, karena menurut mereka wanita haid tak termasuk yang dibebaskan dari berpuasa, yakni sakit atau bepergian.
Salah satu slogan Khawarij yang terkenal adalah ‘La Hukma Ilallah’—Tak ada hukum kecuali kepunyaan Allah. Semboyan ini lahir berdasarkan ayat Wa man lam yahkum bi ma anzalalah fa ulayka humul kafirun (Mereka menghukum kafir siapa saja yang memutuskan perkara tidak berdasarkan Alquran). Ali bin Abi Thalib kafir karena menugaskan Abu Musa Al Anshari untuk berdamai dan bermusyawarah dengan Amr bin Ash dalam Perang Shiffin. “Mengapa harus musyawarah? Putuskan saja dengan Alquran.” Demikian pendapat kaum Khawarij saat itu. Biasanya kaum Khawarij paling merasa merasa sudah berpegang kepada Alquran manakala sudah mengutip sepotong ayat yang menunjang pendapat mereka.
Ciri kedua, mereka sangat patuh menjalankan ibadat ritual, tapi sangat kaku dalam hubungan sosial, terutama dengan kaum Muslim. Dalam tarikh diceritakan, dalam perjalanan dari Kufah ke Nahrawan, seorang Khawarij berjumpa dengan seorang Nasrani dan memuliakannya. Alasannya, karena kaum dzimmy menurut Alquran harus dilindungi. Manakala Khawarij itu bertemu Abdullah bin Habab, putra Habab bin Al Arrat, Muslim angkatan pertama. Karena perbedaan pendapat dalam sebuah hadits, Abdullah dan istrinya itu dibunuh sang Khawarij.
Ciri-ciri itu dengan gampang bisa kita lihat pada kelompok Wahabi saat ini. Dalam sejarah Islam kontemporer, tampaknya kelompok inilah yang paling gampang menuding Muslim yang tidak semazhab sebagai kafir dan --lebih jauh, halal darahnya.
Mungkin pada masanya, sekitar akhir abad 18, Takhayul, Bid’ah dan Churafat (sering diakronimkan dengan TBC) memang tengah berada di puncaknya. Barangkali, itu yang membuat gerakan pemurnian Islam seperti Wahabisme punya tempat dalam sejarah. Tetapi di saat ini, manakala alam berpikir pun sudah lepas dari takhayul-bid’ah dan khurafat karena kemajuan pendidikan dan teknologi, bisa jadi gerakan pemurnian yang kaku seperti Wahabisme menjadi justru anakronisme—kesalahan dalam sejarah. Paling tidak, dalam alam masyarakat Madani yang seyogyanya setiap persoalan diselesaikan dengan damai, paham ini cenderung mengedepankan kekerasan.
Sejatinya, akan susah bagi kita untuk membedakan Wahabisme dan paham yang dianut ISIS. Keduanya nyaris sama-sama kelompok Takfiri, yang gampang mengafirkan sesama Muslim. Keduanya juga kaku dalam pendapat dan cenderung mengedepankan kekerasan. Keduanya juga sangat anti-Syiah, yang mereka pandang bukan Islam.
Lihatlah, pada 1790, aliansi Ibnu Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab mengontrol Semenanjung Arab. Hanya 10 tahun kemudian, pada 1801, kelompok Wahabi menyerang Karbala, kota kaum Syiah di Irak. Tak hanya membantai ribuan kaum Syiah, mereka juga menghancurkan banyak peninggalan sejarah kaum Syiah, termasuk Masjid Imam Hussein, cucu Nabi SAW.
“Mereka merubuhkan Masjid Hussein, membunuh ribuan warga selama berhari-hari. Ribuan orang mati…” tulis seorang perwira Inggris, Letnan Francis Warden dalam kesaksiannya saat itu. Menurut sejarahwan Arab, Osman Ibnu Bishr Najdi, pendiri Kerajaan Arab Saudi, Ibnu Saud, terlibat dalam sekali pada peristiwa itu. Najdi menulis bahwa Ibnu Said mendokumentasikan peristiwa itu dalam kalimat,”…Kami ambil-alih Karbala, membantai mereka dan mengambil banyak orang sebagai budak. Mereka berdoa kepada Allah, namun kami tak memberikan ampun. Kami katakan,”Untuk kalian para kafir, perlakuan yang sama..”
Lihatlah, Wahabi dan ISIS punya kesamaan, karena ISIS pun memperlakukan kaum Syiah dan masjid-masjid mereka dengan cara serupa.
Namun jangan heran bila kini keduanya tak cocok—setidaknya antara ISIS dengan Arab Saudi. Arab Saudi yang boleh jadi punya banyak peran dalam melahirkan ISIS pun, kini justru menjadi target sasaran ISIS berikutnya. Setidaknya, dalam ancaman terbaru mereka. [dsy]
Komentarku ( Mahrus ali ):
Saya ingin komentari artikel tsb dengan singkat:
Kesan saya  setelah baca artikel  tsb banyak kedustaan  sepi dari kejujuran, nuansa  syi`ah disana  yang anti ISIS yang sunni.
Di katakan di dalamnya:
bertemu Abdullah bin Habab, putra Habab bin Al Arrat, Muslim angkatan pertama. Karena perbedaan pendapat dalam sebuah hadits, Abdullah dan istrinya itu dibunuh sang Khawarij.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Perlu refrensi yang akurat, bukan sekedar menulis tanpa renfrensi atau masih  kabur  refrensinya.

Di katakan lagi:

Ciri-ciri itu dengan gampang bisa kita lihat pada kelompok Wahabi saat ini. Dalam sejarah Islam kontemporer, tampaknya kelompok inilah yang paling gampang menuding Muslim yang tidak semazhab sebagai kafir dan --lebih jauh, halal darahnya.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Yang paling banyak membantai kepada kaum muslimin  adalah syi`ah, banyak kaum sunni  di Irak mendapat banyak kekejaman, kekerasan ,dan pemerkosaan dan pembantaian. Lihat kaum sunni di Iran, ulamanya banyak dibunuh. Dan  orang  Syi`ah di Saudi masih aman, apalagi di Indonesia.


Di katakan lagi:
Mungkin pada masanya, sekitar akhir abad 18, Takhayul, Bid’ah dan Churafat (sering diakronimkan dengan TBC) memang tengah berada di puncaknya. Barangkali, itu yang membuat gerakan pemurnian Islam seperti Wahabisme punya tempat dalam sejarah. Tetapi di saat ini, manakala alam berpikir pun sudah lepas dari takhayul-bid’ah dan khurafat karena kemajuan pendidikan dan teknologi, bisa jadi gerakan pemurnian yang kaku seperti Wahabisme menjadi justru anakronisme—kesalahan dalam sejarah. Paling tidak, dalam alam masyarakat Madani yang seyogyanya setiap persoalan diselesaikan dengan damai, paham ini cenderung mengedepankan kekerasan.
Komentarku ( Mahrus ali ):
Sekarang ini bid`ah, kedurhakaan  bahkan TBC masih banyak, bukan habis. Di Amirikan saja yang sudah maju masih mengidapnya dan perlu pemurnian agama , lihat  saja hadis  sbb:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
"Akan senantiasa ada sekelompok kecil dari umatku yang tampil di atas kebenaran. Tidak akan membawa madharat bagi mereka orang-orang yang menelantarkan mereka dan tidak pula orang-orang yang menyelisihi mereka sehingga datang urusan Allah . ." (HR. Muslim dan Ahmad). Dan salah satu ciri utama mereka adalah senantiasa berjihad di jalan Allah.
Jihad adalah satu-satunya alternatif bagi umat Islam untuk melawan agresor kaum kafir yang telah menguasai negeri-negeri kaum muslimin pada hari ini. Allah Ta'ala berfirman:

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS. Al Baqarah: 217)

Di katakan lagi:
Sejatinya, akan susah bagi kita untuk membedakan Wahabisme dan paham yang dianut ISIS. Keduanya nyaris sama-sama kelompok Takfiri, yang gampang mengafirkan sesama Muslim. Keduanya juga kaku dalam pendapat dan cenderung mengedepankan kekerasan. Keduanya juga sangat anti-Syiah, yang mereka pandang bukan Islam.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Anda katakan : . Keduanya nyaris sama-sama kelompok Takfiri, yang gampang mengafirkan sesama Muslim. Keduanya juga kaku dalam pendapat dan cenderung mengedepankan kekerasan.

Komentarku ( Mahrus ali ):
Itulah watak Syi`ah yang telah mengkafirkan seluruh sunni. Untuk ISIS  saya telah baca  di situsnya yang berbahasa  arab bahwa mereka  itu ber akidah baik dan sunni  tulien .
Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL ) atau  08819386306   ( smartfren)

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan