Jumat, November 14, 2014

Jawabanku ke 14 terhadap para komentator di fbku



Kata pengantar:
Kesesatan ahli bid`ah, karena mereka menganggap bahwa ajaran yang diterima dari gurunya atau dari golongannya paling benar, final – tidak boleh dirobah sampai kapanpun dan dimanapun. Ingatlah ayat ini:
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu. Ghafir 83.
Mereka itu bangga dengan ajaran yang ada pada mereka, menghina ajaran Rasul yang datang kepada mereka. Mereka merasa ajarannya  sudah final, sehingga tidak mau dirobah dengan ajaran Allah yang di bawa oleh para Rasul itu sendiri. Akhirnya  mereka sesat dan menyesatkan.

Orang – orang  yang komitmen kepada dalil mengakui bahwa selama ada dalil yang kuat, maka mereka mau merobah ajarannya yang dalilnya rapuh untuk tunduk pada dalil yang lebih kuat.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا(36)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.al ahzab
Karena itu, ikutilah dalil dan buanglah ajaran  tanpa dalil, jangan di ambil lagi, anda  akan selalu di jalan yang lurus – jalan para nabi, orang – orang yang komitmen kepada ajaran Allah  dan orang – orang yang mati syahid di jalan Allah bukan jalan orang yang ingin  hidup di jalan setan.
Inilah jawabanku ke 14 terhadap para komentator di fbku.
اختار الشيخ ابن عثيمين رحمه الله أنه : إن خلل الخمر من يعتقد حلها كأهل الذمة ، أو خللها من يرى جواز تخليلها من المسلمين فحينئذ تصير خلا يباح استعماله .
قال رحمه الله :
"
المشهور من المذهب : أنها إِذا خُلِّلَتْ لا تطهُر ، ولو زالت شدَّتُها المسكرة ... لأن زوال الإِسكار كان بفعل شيء محرَّم ، فلم يترتَّب عليه أثره .
http://majles.alukah.net/t113976
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah memilih: Bila khamar menjadi cuka karena olah orang yang punya keyakinan halal padanya seperti ahlud dzimmah ( kafir  dzimmi yang hidup dinegara Islam )  atau dibikin  cuka oleh orang yang berpandangan  boleh menjadikan cuka dari khamar dari kalangan kaum muslimin . Maka khamar tsb menjadi cuka yang boleh dipakai.
Beliau  juga berkata: Yang populer dalam madzhab ( Hambali ) bahwa khamar bila dibuat cuka tidak bisa  suci sekalipun unsur memabukkannya telah lenyap. Sebab pemabuknya telah lenyap karena pengaruh sesuatu yang haram. Jadi tidak bisa berpengaruh padanya.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah memilih: Bila khamar menjadi cuka karena olah orang yang punya keyakinan halal padanya seperti ahlud dzimmah ( kafir  dzimmi yang hidup dinegara Islam )  atau di bikin  cuka oleh orang yang berpandangan  boleh menjadikan cuka khamar dari kalangan kaum muslimin . Maka khamar tsb menjadi cuka yang boleh dipakai.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Suatu yang aneh, bukan populer lagi. Bila khamar di olah oleh non muslim, lalu menjadi cuka, maka  boleh di makan oleh orang muslim yang shalih. Pada hal saya ini ketika mendatangi undangan pengajian oleh  Muhammadiyah di Bali di masjid Baitul ma`mur di Monang maning, di masjid Tuban di Bali dekat dengan Bandara Ngurah rai. Di sana  saya  tidak berani makan sesuatu yang di olah oleh rumah makan orang – orang Bali  yang hindu itu. Sebab, mereka  tidak mengerti masalah najis  dan masalah kesucian, keharaman dan kehalalan.  
Lalu saya berkunjung ke masjid Salafy di Bali yang kata takmirnya mau mengundang saya. Salah satu anggota takmirnya  ikut mendengarkan pengajian saya dan rupanya antusias sekali. lalu saya  di suguhi makanan nasi bungkusan yang ikannya Ayam. Saya  tidak berani memakannya  sekalipun pemasaknya  muslim. Naudzu billah  saya makan Ayam disana dan tidak mau memakannya disini.
Pembuatan khamar untuk cuka ini bertentangan dengan hadis yang menyuruh membuang khamar, agar tidak di jadikan cuka riwayat Muslim yang lalu.
قد نص أهل العلم على أن الخل المقصود في الحديث السابق هو الذي لم يتخذ من الخمر , جاء في " تحفة الأحوذي " (4 / 399) وأما حديث " نعم الإدام الخل " , فالمراد بالخل: الخل الذي لم يتخذ من الخمر جمعا بين الأحاديث " انتهى.
وإذا كان الخل قد صنع من غير الخمر ، فإنه حلال ، بلا خلاف , وهذا ما نص عليه علماء اللجنة الدائمة (
Sungguh  ahlul ilmi telah menyatakan ( dalam nas mereka ) bahwa  cuka  yang dimaksud  dalam hadis dulu  adalah cuka yang  tidak dari khamar . Dlm kitab Tuhfatul ahwadzi  399/4  di jelaskan bahwa hadis tentang  sebaik lauk adalah  cuka , maksudnya adalah cuka yang tidak terbuat dari khamar untuk mengambil solusi  dari beberapa hadis ………..,
Bila cuka  dari lain  Khamar maka halal tanpa ada hilap . dan inilah yang dinyatakan  ulama komite tetap saudi arabia dalam bidang dakwah dan Irsyad.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Saya masih belum bisa membedakan antara cuka dari khamar dan dari lainnya. Dan siapa yang bisa membedakannya. Apalagi pabrik cukanya  dari pabrik non muslim yang tidak mengenal halal dan haram. Kenalnya hanya uang.  Pada  hal, kebanyakan cuka dari khamar. 
Karena itu, saya masih tetap menghindarinya untuk kebersihan agama dan diri dari masalah syubhat.
Kiyai Ahmad Rifai Alif menulis lagi:  
Saya yakin Yai Mahrus kali ini tidak akan berani ngutak atik an’anahnya Sufyan bin Said Atsauriy, sebab dalam mengukuhkan pendapatnya bahwa cuka haram mutlak beliau menggunakan hadits yang melalui jalur Sufyan juga secara an’anah, dan di sana beliau dengan gagah menghukumi shahih.
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab
An`anah Sufyan ats tsauri sekalipun, tetap akan saya kritik bila redaksi hadisnya keliru, ganjil dan bertentangan dengan ayat atau hadis yang lebih sahih.

Kemudian dilihat setelahnya  beberapa tanda – tanda lain yang menunjukkan bahwa khabar tsb lurus / benar.
Bila di dapatkan dalam khabar itu keganjilan, nyeleneh atau menyalahi. Maka  ini adalah tanda tadlis . Oleh karena itu, terkadang kamu jumpai para imam bila ingkar  terhadap sesuatu akan di kembalikan kepada  perawi yang tidak mendengarnya sebagaimana  sudah dimaklumi.
Hal 28. lihat  kitab manhaj al mutaqaddimin  fi al tadlis . Karya Syakh Nashir bin Hamd al fahd.
Anda menyatakan lagi:
Dalam Shahih Muslim yang lain no. 3824 juga bisa datang sebagai mutaba’ah hadits Jabir,

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدُمَ فَقَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ نِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ

1. Dari Jabir bin Abdillah , sesungguhnya Nabi S.A.W. bertanya kepada keluarganya tentang bumbu ,lalu mereka menjawab : “ Kami tidak memiliki sesuatu kecuali cuka ,beliau memintanya ,lalu makan dengannya dan berkata :” lauk terbaik adalah cuka – lauk terbaik adalah cuka “.
Dan Alhamdulillah hadits ini njenengan tulis namun njenengan diamkan tanpa komentar, hingga terkesan bagi pembaca bahwa hadits ini dhoif, padahal faktanya hadits ini shohih dan termaktub dalam Shahih Muslim dan Sunan Tirmidzi
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab:
Lihat pula hadis riwayat Muslim sbb:
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا حَجَّاجُ بْنُ أَبِي زَيْنَبَ حَدَّثَنِي أَبُو سُفْيَانَ طَلْحَةُ بْنُ نَافِعٍ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا فِي دَارِي فَمَرَّ بِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَشَارَ إِلَيَّ فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَى بَعْضَ حُجَرِ نِسَائِهِ فَدَخَلَ ثُمَّ أَذِنَ لِي فَدَخَلْتُ الْحِجَابَ عَلَيْهَا فَقَالَ هَلْ مِنْ غَدَاءٍ فَقَالُوا نَعَمْ فَأُتِيَ بِثَلَاثَةِ أَقْرِصَةٍ فَوُضِعْنَ عَلَى نَبِيٍّ فَأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُرْصًا فَوَضَعَهُ بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَخَذَ قُرْصًا آخَرَ فَوَضَعَهُ بَيْنَ يَدَيَّ ثُمَّ أَخَذَ الثَّالِثَ فَكَسَرَهُ بِاثْنَيْنِ فَجَعَلَ نِصْفَهُ بَيْنَ يَدَيْهِ وَنِصْفَهُ بَيْنَ يَدَيَّ ثُمَّ قَالَ هَلْ مِنْ أُدُمٍ قَالُوا لَا إِلَّا شَيْءٌ مِنْ خَلٍّ قَالَ هَاتُوهُ فَنِعْمَ الْأُدُمُ هُوَ
2. Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun Telah mengabarkan kepada kami Hajjaj bin Abu Zainab, Telah menceritakan kepadaku Abu Sufyan Thalhah bin Nafi' dia berkata; Aku mendengar Jabir bin 'Abdullah radliallahu 'anhu berkata: "Pada suatu hari aku sedang duduk di rumahku, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat. Beliau memberi isyarat kepadaku lalu aku berdiri menemui beliau. Beliau memegang tanganku (mengajakku pergi bersama beliau). Kami berjalan hingga sampai ke rumah sebagian  isteri beliau. Beliau masuk dan mempersilahkanku pula masuk. Karena itu aku masuk sampai ruangan dalam ( ruangan husus istri ). Beliau bertanya kepada isterinya: 'Adakah kamu sedia makanan? ' Jawab mereka; 'Ada! ' Maka dibawanya tiga buah roti bulat pipih lalu dihidangkannya ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau ambil sebuah lalu di letakkannya dihadapan beliau, kemudian diambilnya sebuah lagi lalu diletakkannya di hadapanku. Sesudah itu yang ketiga dipotong separuhnya diambil oleh beliau dan separuhnya lagi diletakkannya di hadapanku. Kemudian beliau bertanya: 'Apakah ada lauk pauk? ' Mereka Menjawab; 'Tidak ada apa-apa selain cuka.' Kata beliau: 'Bawalah kemari! Sebaik-baik lauk adalah cuka.'  HR Muslim 3826
حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ يَعْنِي ابْنَ عُلَيَّةَ عَنْ الْمُثَنَّى بْنِ سَعِيدٍ حَدَّثَنِي طَلْحَةُ بْنُ نَافِعٍ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُاأَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِي ذَاتَ يَوْمٍ إِلَى مَنْزِلِهِ فَأَخْرَجَ إِلَيْهِ فِلَقًا مِنْ خُبْزٍ فَقَالَ مَا مِنْ أُدُمٍ فَقَالُوا لَا إِلَّا شَيْءٌ مِنْ خَلٍّ قَالَ فَإِنَّ الْخَلَّ نِعْمَ الْأُدُمُ  قَالَ جَابِرٌ فَمَا زِلْتُ أُحِبُّ الْخَلَّ مُنْذُ سَمِعْتُهَا مِنْ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ و قَالَ طَلْحَةُ مَا زِلْتُ أُحِبُّ الْخَلَّ مُنْذُ سَمِعْتُهَا مِنْ جَابِرٍ حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنِي أَبِي حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ نَافِعٍ حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ إِلَى مَنْزِلِهِ بِمِثْلِ حَدِيثِ ابْنِ عُلَيَّةَ إِلَى قَوْلِهِ فَنِعْمَ الْأُدُمُ الْخَلُّ وَلَمْ يَذْكُرْ مَا بَعْدَهُ
3.Telah menceritakan kepadaku Ya'qub bin Ibrahim Ad Dauraqi, Telah menceritakan kepada kami Ismail yaitu Ibnu 'Ulayyah dari Al Mutsanna bin Sa'id, Telah menceritakan kepadaku Thalhah bin Nafi' bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata; 'Suatu hari aku diajak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke rumahnya, kemudian beliau mengeluarkan sepotong roti. Beliau bertanya kepada istri-istrinya: "Apakah ada lauk pauk?" Mereka menjawab; 'Tidak ada, kecuali sedikit cuka. Lalu beliau bersabda: 'Sesungguhnya cuka adalah sebaik-baik lauk.' Jabir berkata; 'Aku menyukai cuka sejak aku mendengarnya dari Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Thalhah berkata; Aku menyukai cuka sejak aku mendengarnya dari JabirTelah menceritakan kepada kami Nashr bin Ali Al Jahdlami Telah menceritakan kepadaku Bapaku, Telah menceritakan kepada kami Al Mutsanna bin Sa'id dari Thalhah bin Nafi', Telah menceritakan kepada kami Jabir bin Abdullah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mengajak dia ke rumahnya seperti yang disebutkan pada Hadits 'Ulayyah hingga sabda beliau: 'Sebaik-baik lauk adalah cuka.' Tanpa menyebutkan kalimat lain sesudah itu.  HR Muslim 3825
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْمُثَنَّى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ طَلْحَةَ بْنِ نَافِعٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَ الْأُدْمُ الْخَلُّ
4. Telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al Mutsanna bin Sa'id sesungguhnya Abu Sufyan, Tholhah bin Nafi' dari Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik lauk adalah cuka".  HR Ahmad 13708
حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبَ وَسَأَلَ أَهْلَهُ الْأُدْمَ قَالُوا مَا عِنْدَنَا إِلَّا خَلٌّ قَالَ فَدَعَا بِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ بِهِ وَيَقُولُ نِعْمَ الْأُدْمُ الْخَلُّ
5.Telah menceritakan kepada kami 'Affan Telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah Telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr dari Abu Sufyan dari Jabir, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah meminta lauk kepada keluarganya. Mereka menjawab, kami tidak memiliki kecuali cuka. (Jabir bin Abdullah radliyallahu'anhuma) berkata; lalu beliau memintanya lalu beliau makan dan bersabda: "Lauk terbaik adalah cuka".  14397  HR Ahmad.
خْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا طَلْحَةُ بْنُ نَافِعٍ عَنْ جَابِرٍ قَالَ دَخَلْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَهُ فَإِذَا فِلَقٌ وَخَلٌّ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلْ فَنِعْمَ الْإِدَامُ الْخَلُّ
6. Telah mengabarkan kepada kami 'Amru bin Ali berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya berkata; telah menceritakan kepada kami Al Mutsanna bin Sa'id berkata; telah menceritakan kepada kami Thalhah bin Nafi' dari Jabir berkata, "Aku bersama Nabi shallallahu 'alahi wa sallam memasuki rumahnya, dan ternyata di dalam ada beberapa potong roti dan cuka, kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Makanlah, lauk yang paling enak adalah cuka." Nasai 3736.
حدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ عَنْ حَجَّاجِ بْنِ أَبِي زَيْنَبَ عَنْ أَبِي سُفْيَانَ عَنْ جَابِرٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَ الْإِدَامُ الْخَلُّ مَا أَقْفَرَ بَيْتٌ فِيهِ خَلٌّ
7. Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Yazid dari Hajjaj bin Abu Zainab dari Abu Sufyan dari Jabir berkata; Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik lauk adalah cuka, dan tidak akan menjadi miskin rumah yang di dalamnya terdapat cuka".  HR Ahmad 14729
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Dalam  hadis pertama , tidak ada keterangan Jabir di ajak ke rumah Rasulullah SAW
Juga tidak ada keterangan tiga roti yang di makan
Dalam hadis kedua  ada tambahan keterangan sbb:
Pada suatu hari aku sedang duduk di rumahku, tiba-tiba Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lewat. Beliau memberi isyarat kepadaku lalu aku berdiri menemui beliau. Beliau memegang tanganku (mengajakku pergi bersama beliau). Kami berjalan hingga sampai ke rumah sebagian  isteri beliau. Beliau masuk dan mempersilahkanku pula masuk. Karena itu aku masuk sampai ruangan dalam ( ruangan husus istri – jadi melewati batas tabir hijab ). Beliau bertanya kepada isterinya: 'Adakah kamu sedia makanan? ' Jawab mereka; 'Ada! ' Maka dibawanya tiga buah roti bulat pipih lalu dihidangkannya ke hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau ambil sebuah lalu di letakkannya dihadapan beliau, kemudian diambilnya sebuah lagi lalu diletakkannya di hadapanku. Sesudah itu yang ketiga dipotong separuhnya diambil oleh beliau dan separuhnya lagi diletakkannya di hadapanku

Komentarku ( Mahrus  ali ):
Pada hal hadis itu dikatakan oleh Jabir kepada orang yang sama yaitu Abu Sofyan.
Dalam  hadis yang ketiga ada tambahan keterangan sbb:
'Suatu hari aku diajak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ke rumahnya, kemudian beliau mengeluarkan sepotong roti
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Pada hadis kedua tadi diterangkan tiga roti. Tapi di hadis yang ketiga diterangkan sepotong roti bukan tiga. Ini kontradiksi yang tidak diperbolehkan dalam meriwayatkan hadis.
Lalu ada keterangan tambahan lagi:
Jabir berkata; 'Aku menyukai cuka sejak aku mendengarnya dari Nabiyullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan Thalhah berkata; Aku menyukai cuka sejak aku mendengarnya dari Jabir
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Keterangan tambahan ini tidak ada dalam hadis kedua dan ke tiga.
Hadis  ke  lima  sbb:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah meminta lauk kepada keluarganya. Mereka menjawab, kami tidak memiliki kecuali cuka. (Jabir bin Abdullah radliyallahu'anhuma) berkata; lalu beliau memintanya lalu beliau makan dan bersabda: "Lauk terbaik adalah cuka".  14397  HR Ahmad
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Dalam hadis yang kelima ini, sahabat Jabir  tidak di ajak makan bersama Nabi SAW, juga tidak ada keterangan Jabir di pegang tangannya, tidak keterangan satu roti atau tiga dll.
Pada hal, hadis itu dikatakan  oleh Jabir kepada Abu Sofyan. Dan ini menurut riwayat dia saja, sudah banyak bertentangan.
Dalam  hadis yang ketujuh. Rasulullah SAW  tidak bertanya  kepada keluarganya tentang makanan, tapi langsung ada beberapa potong  roti dan cuka. Malah  dalam  hadis  yang ketujuh  ada tambahan sbb:
tidak akan menjadi miskin rumah yang di dalamnya terdapat cuka".  HR Ahmad 14729
Seluruh  riwayat tsb dari satu orang  yaitu Abu Sofyan atau Thalhah bin Nafi`dari Jabir. Tapi redaksinya berbeda, lalu kejadian yang sesungguhnya itu bagaimana ? Disana sini ada pengurangan dan tambahan kalimat, bahkan kalimat yang kontradiksi. Hadis  dengan redaksi sedemikian ini namanya kacau redaksinya dan tidak bisa dikumpulkan. Dan ini sisi kelemahan hadis tentang cuka adalah lauk pauk yang terbaik.
Dalam ilmu mustholahul hadis di katakan :
وَذُو اخْتِلاَفِ سَنَدٍ أَوْ مَتْنٍ    مُضْطَرِبٌ عِنْدَ أُهَيْلِ اْلفَنِ
      Kekacauan sanad atau redaksi termasuk mudhtharib menurut ahli mustholah hadis.
Jadi  hadis  tsb lemah sekali, tidak boleh dibuat pegangan tapi lepaskan saja. Suatu  hal yang   perlu diperhatikan adalah  tiada keterangan  hadis  bahwa  para sahabat menyimpan khamar, lalu dibuat  cuka. Bila  cuka itu makanan Rasulullah SAW, maka  akan banyak para sahabat yang menyimpan khamar lalu dibuat cuka dan akan dijual belikan di pasar. Hal  itu sebagaimana  banyak  cuka dan Ayam di jual belikan di pasar kita, karena  kita  suka Ayam dan Cuka.


Yai Mahrus berkata :..
Hadis tsb bertentangan dengan hadis sahih sbb :

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنِ الْخَمْرِ تُتَّخَذُ خَلًّا فَقَالَ لَا *

Dari Anas , sesungguhnya Nabi S.A.W. di tanya tentang khamar yang di gunakan untuk bikin cuka “. Beliau bersabda : “ Tidak boleh “. 7

قَالَ أَبو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ *

Abu isa ( Imam Tirmizi ) berkata Itu hadis hasan sahih . 8
KOMENTAR SAYA, ABI AZKA
Hadits tersebut tidak bertentangan yai…..!!! yang menyebabkan bertentangan itu pemahaman njenengan terhadap hadits yang kacau balau, ditambah penguasaan kosakata bahasa Arab yang kurang memadai seperti saya.
Coba njenengan renungkan dengan hati tulus, penjelasan Imam Nawawi terkait hadits Anas bin Malik di bawah ini.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ ح و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ السُّدِّيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ عَبَّادٍ عَنْ أَنَسٍ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ الْخَمْرِ تُتَّخَذُ خَلًّا فَقَالَ لَا

3669 – قَوْله : ( إِنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ الْخَمْر تُتَّخَذ خَلًّا فَقَالَ : لَا )

هَذَا دَلِيل الشَّافِعِيّ وَالْجُمْهُور أَنَّهُ لَا يَجُوز تَخْلِيل الْخَمْر ، وَلَا تَطْهُر بِالتَّخْلِيلِ ، هَذَا إِذَا خَلَّلَهَا بِخُبْزٍ أَوْ بَصَل أَوْ خَمِيرَة أَوْ غَيْر ذَلِكَ مِمَّا يُلْقَى فِيهَا بَاقِيَة عَلَى نَجَاسَتهَا…الى ان قال. وَأَجْمَعُوا أَنَّهَا إِذَا اِنْقَلَبَتْ بِنَفْسِهَا خَلًّا طَهُرَتْ

Sabda Nabi: sesungguhnya Nabi Saw ditanya tentang (Bolehkah) Khomr yang dijadikan cuka?, beliau menjawab, tidak boleh.
Ini adalah dalil Asy Syafii dan Jumhur ulama, sesungguhnya tidak diperbolehkan menjadikan cuka dari khomr, dan khomr tidak bisa suci dengan berubah menjadi cuka. Hal ini jika khomr berubah menjadi cuka dengan bantuan roti, bawang atau ragi atau yang lainnya yang di cemplungkan ke dalamnya maka hukumnya tetap najis…..sampai pada perkataan….dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
SYARAH NAWAWI 6/482


Yai Mahrus mestinya bisa memahami sabda Nabi Tuttakhodzu Khollan di sana berarti ada unsure kesengajaan. Dalam ilmu Shorof ia masuk wazan ifta’ala yang mempunyai faedah al Ittikhodz yakni menjadikan. Dari sini kemudian para ulama memaknai hadits tersebut bahwa Nabi melarang membuat cuka (dengan sengaja) dari khomr. Adapun khomr yang berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka tidak masuk dalam wilayah larangan ini.
Komentarku ( Mahrus  ali ):
Anda menyatakan:
Hadits tersebut tidak bertentangan yai…..!!! yang menyebabkan bertentangan itu pemahaman njenengan terhadap hadits yang kacau balau, ditambah penguasaan kosakata bahasa Arab yang kurang memadai seperti saya.
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab
Ya, jelas bertentangan. Hadis yang satu menyatakan cuka dari khamar merupakan lauk terbaik dan yang lain melarang menjadikan  cuka dari khamar. Lalu khamarnya  di suruh buang , dan tidak boleh disimpan untuk dijadikan cuka. Apakah dua hadis ini singkron. Ya, jelas bertentangan dan tidak samar lagi.
Anda menyatakan lagi:
Coba njenengan renungkan dengan hati tulus, penjelasan Imam Nawawi terkait hadits Anas bin Malik di bawah ini.
Ini adalah dalil Asy Syafii dan Jumhur ulama, sesungguhnya tidak diperbolehkan menjadikan cuka dari khomr, dan khomr tidak bisa suci dengan berubah menjadi cuka. Hal ini jika khomr berubah menjadi cuka dengan bantuan roti, bawang atau ragi atau yang lainnya yang di cemplungkan ke dalamnya maka hukumnya tetap najis…..sampai pada perkataan….dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
SYARAH NAWAWI 6/482
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab
Saya sudah memahami penjelasan Imam Nawawi itu dengan hati yang tulus dan pikiran  yang ingin cari kebenaran dan  tidak ingin mencari kesalahan orang. Ternyata saya rasa tidak rasional sekali penjelasan tsb. 
Bagi saya seluruh cuka yang dari khamar tidak boleh dimakan baik dengan pengolahan manusia atau menjadi cuka dengan sendirinya.
Aneh bin ajaib, khamar yang menjadi cuka dengan sendirinya  halal. Dan khamar yang menjadi cuka dengan olahan tangan manusia haram. Bagaimana  kalau di balik. Yaitu khamar yang menjadi cuka dengan olahan manusia halal dan yang menjadi cuka dengan sendirinya haram. Sebab menjadi cuka dengan sendirinya itu masih murni khamar .
Sungguhpun demikian, keduanya tidak memiliki  landasan dalil.
Anda menyatakan:
Ini adalah dalil Asy Syafii dan Jumhur ulama, sesungguhnya tidak diperbolehkan menjadikan cuka dari khomr, dan khomr tidak bisa suci dengan berubah menjadi cuka. Hal ini jika khomr berubah menjadi cuka dengan bantuan roti, bawang atau ragi atau yang lainnya yang di cemplungkan ke dalamnya maka hukumnya tetap najis…..sampai pada perkataan….dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab:
Saya tunjukkan  dalil tsb sbb:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ أَبَا طَلْحَةَ سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَيْتَامٍ وَرِثُوا خَمْرًا قَالَ أَهْرِقْهَا قَالَ أَفَلَا أَجْعَلُهَا خَلًّا قَالَ لَا *

Dari Anas bin Malik , sesungguhnya Abu Tholhah ( ayah tiri Anas ra ) bertanya kepada Nabi S.A.W. tentang yatim – yatim yang punya warisan khamar “.
Rasulullah S.A.W. menjawab : “Tumpahkan “.
Abu Tholhah bertanya :” Apakah tidak kita bikin cuka ? “.
Rasulullah S.A.W. bersabda :” Tidak boleh “.9( sahih )
Saya katakan:
Dalil tsb jelas larangan membuat cuka dari khamar, lalu di takwil agar cuka halal untuk menentang  dalil itu dengan  cara  yang anda uraikan sbb:
 Hal ini jika khomr berubah menjadi cuka dengan bantuan roti, bawang atau ragi atau yang lainnya yang di cemplungkan ke dalamnya maka hukumnya tetap najis…..sampai pada perkataan….dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
Saya katakan :
Anda menyatakan lagi:
dan para ulama sepakat bahwa sesungguhnya ketika khomr berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka hukumnya suci.
Saya katakan:
Terjemahannya  kurang pas, lihat arabnya:
وَأَجْمَعُوا أَنَّهَا إِذَا اِنْقَلَبَتْ بِنَفْسِهَا خَلًّا طَهُرَتْ
( Jangan di katakan sepakat tapi katakan ) Ulama  telah Ijma` bahwa  khamar bila  berubah menjadi  cuka dengan sendirinya  maka  hukumnya suci,
Saya katakan:
Tentang kekeliruan pernyataan  Ijma` itu sudah di jawab kemarin. Bacalah disana. Dan terbukti juga komite tetap untuk pengkajian dan fatwa Saudi arabia , Ibnu Taimiyah menyatakan haram khamar dibuat cuka, begitu juga Ibnu Utsaimin. Jadi Ijma` itu menurut pendapat Imam Nawawi, bukan Ijma` ulama. Sekedar  pendapat mungkin benar juga mungkin salah.
Imam Ahmad berkata : .
لاَ تُقَلِّدْنِي وَلاَ مَالِكًا وَلاَ الثَّوْرِيَّ وَلاَ الشَّافِعِيَّ ;
Jangan ikut kepadaku,atau Imam Malik, Tsauri atau Syafii
Imam Malik berkata :
إنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أُصِيبُ وَأُخْطِئُ فَاعْرِضُوا قَوْلِي عَلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
        Aku hanyalah manusia, terkadang pendapatku benar, di lain waktu kadang salah . Karena itu, cocokkan perkataanku ini dengan kitabullah dan hadis Rasulullah
Anda menyatakan:
Yai Mahrus mestinya bisa memahami sabda Nabi Tuttakhodzu Khollan di sana berarti ada unsure kesengajaan. Dalam ilmu Shorof ia masuk wazan ifta’ala yang mempunyai faedah al Ittikhodz yakni menjadikan. Dari sini kemudian para ulama memaknai hadits tersebut bahwa Nabi melarang membuat cuka (dengan sengaja) dari khomr. Adapun khomr yang berubah menjadi cuka dengan sendirinya maka tidak masuk dalam wilayah larangan ini.
Saya ( Mahrus  ali ) menjawab
Para sahabat yang mengerti bahasa arab saja tidak memahami seperti itu dan mereka  tidak menyimpan khamar  untuk di jadikan cuka sebagaimana  orang barat menyimpan khamar untuk di ambil alkolholnya lalu di buat minuman yang segar. Inipun  tidak boleh, karena  memanfaatkan sesuatu yang diharamkan  oleh Allah lalu di jual belikan.  Hal itu seperti kaum Yahudi yang memanfaatkan bangkai  yang di haramkan untuk di ambil lemaknya.
Bersambung ……………….., dan jawaban bagi yang lain masih menyusul.

Mau nanya hubungi kami:
088803080803( Smartfren). 081935056529 (XL )  https://www.facebook.com/mahrusali.ali.50
 

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan