Jumat, Februari 20, 2015

PAK ALWI SHIHAB, PROVOKATOR YANG TIDAK TOLERANSI DAN TIDAK PUNYA HATI.



 

 Oleh: Abu Husein At-Thuwailibi.

Kami Ahlus Sunnah Wal Jama'ah turut prihatin atas pembantaian yang dilakukan oleh segerombolan pengikut aliran sesat Syi'ah terhadap warga Ustadz Arifin Ilham di komplek Az-Zikra.

Pembantaian dan serangan ini menunjukkan bahwa Syi'ah di indonesia sudah kuat, meski mereka tak sekuat sarang laba-laba, menunjukkan bahwa mereka telah berani namun tak seberani ubur-ubur, menunjukkan bahwa mereka telah banyak walau tak sebanyak telur unta, dan menunjukkan bahwa mereka tengah menggigil bagaikan ulat yang terkena garam laut.

Peristiwa berdarah di malam itu membuat prihatin banyak fihak baik dari kalangan awam maupun intelektual, baik salafi maupun haraki, namun sayang seribu sayang, hal itu tidak membuat Yang terhormat bapak Alwi Shihab bersimpatik dan turut prihatin, namun justru mengaggap bahwa Ustadz Arifin Ilham melakukan tindakan "provokatif" yang seolah-olah "wajar" terjadi peristiwa penyerangan itu walau dengan bahasa "kurang terpuji".

Alwi Shihab adalah tua bangka saudara kandung Muhammad Quraish Shihab dan Umar Shihab, dua tokoh penting yang menjadi "singa" penjaga bagi kelompok sesat Syi'ah Rafidhah di indonesia.

Mereka adalah dua orang tokoh Liberal yang mengaku Sunni, namun tidak pernah membela Sunni, justru senantiasa membela kelompok Syi'ah yang telah di fatwakan SESAT oleh MUI.

Untuk Pak Alwi Shihab, mesti anda ketahui bahwa spanduk yang di pasang oleh Ustadz Arifin Ilham adalah spanduk yang resmi dan tidak melanggar undang-undang atau mengarah kepada provokasi, sebab bunyi spanduk yang menyuarakan bahaya kesesatan Syi'ah itu sesuai dengan apa yang telah di fatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia Jatim. Demikian pula MUI pusat yang mengeluarkan Fatwa akan sesatnya Syi'ah Rafidhah memalui diantaranya buku edaran yang di cetak dan disebarluaskan ke masyarakat Indonesia, tujuan dan motivasi MUI menerbitkan buku tersebut adalah untuk menjaga ideologi ummat Islam (mayoritas) di negeri ini dari berbagai penyimpangan dan aliran sesat yang mengancam keutuhan bangsa Indonesia semisal aliran sesat Syi’ah Rafidhah dari Iran yang menyusup ke Indonesia.

Karena Syi’ah Rafidhah yang berkembang di Indonesia sejak Revolusi Khomaini di Iran,apabila telah berkuasa dan semakin kuat maka dikhawatirkan akan melakukan hal yang serupa seperti di negeri-negeri Arab berupa konflik dan pembantaian berdarah terhadap ummat Islam, dan itu telah terjadi berupa PEMBANTAIAN BERDARAH YANG DILAKUKAN SEGEROMBOLAN PENGIKUT SYI'AH TERHADAP UMMAT ISLAM YANG TINGGAL DI KOMPLEK MASJID AZ-ZIKRA SENTUL PIMPINAN KH.ARIFIN ILHAM DIANTARANYA TERHADAP SEORANG HABIB KETURUNAN AHLUL BAIT.

Sebelumnya Syi'ah juga menyerang Masjid yang di jadikan sebagai kegiatan dakwah sunniyah oleh para pengikut Ustadz Ja'far Umar Thalib di jawa barat. Fakta ini membuktikan bahwa SYI'AH RAFIDHAH AKAN MELAKUKAN PEMBANTAIAN DAN KONFLIK BERDARAH YANG LEBIH DAHSYAT LAGI KE ATAS UMMAT ISLAM AHLUS SUNNAH YANG MEREKA ANGGAP KAFIR. SEBAGAIMANA MEREKA TELAH MERENCANAKAN MEMBUNUH SEJUMLAH DA'I DAN ULAMA DI NEGERI INI; DIANTARANYA ADALAH USTADZ FARID OKBAH, USTADZ ABU JIBRIL, USTADZ HARTONO AHMAD JAIZ DAN TEUNGKU SYAIKH ZULKARNAIN.

Dan yang perlu anda garis bawahi bapak Alwi Shihab, bahwasanya Syi’ah dengan Islam itu bukan “berbeda”, tapi “menyimpang”.

Syi’ah itu menyimpang dari Islam dan ajarannya sesat menyesatkan sebagaimana fatwa Kyai Haji Hasyim Asy’ari Rahimahullah (pendiri NU) dalam kitabnya Qanun Asasi dan fatwa Al-Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah, bila anda tidak bisa baca kitab, saya berkenan menjumpai anda dan menunjukkan kepada anda kitab-kitab Syi'ah Rafidhah yang penuh dengan kesyirikan, kekufuran dan kesesatan yang nyata.

Perlu anda ketahui bahwa “perbedaan” dengan “penyimpangan” itu tidak sama. Fahmi Salim,Lc.MA pernah menyebutkan bahwa,"Ikhtilaf dengan Inhirof itu berbeda".

Contoh misal, kelompok Salafiyah dengan kelompok Asy’ariyah itu memilik banyak perbedaan,baik Ushul maupun furu’, akan tetapi kedua kelompok ini tidak menyimpang dari pokok ajaran Islam, Aswaja Salafi dan Aswaja NU, memiliki rukun Iman dan rukun Islam yang sama, kiblat yang sama, kitab suci yang sama, tidak seperti Syi’ah Rafidhah yang kitab sucinya bukan Al-Qur’an akan tetapi mushaf Fathimah khayalan, Syi’ah juga tidak berkiblat ke Ka’bah akan tetapi berkiblat ke Najaf di Iran dan Karbala di Iraq, adapun ke ka'bah, itu adalah Taqiyyah. Tentu ini sudah jauh menyimpang dari ajaran pokok Islam.

Demikian pula, Aswaja NU dan aswaja Salafi yang notabene-nya memiliki marja’ yang sama dalam fiqih ibadah, yakni Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali,yang semuanya adalah mazhab ahlus sunnah wal-jama’ah.

Aswaja NU cenderung bermazhab Syafi’i, sedangkan Aswaja Salafi cenderung bermazhab Hanbali.yang didalam dua kelompok ini terjadi perdebatan internal secara ilmiah yang berkepanjangan, tidak sebagaimana Syi’ah, Syi’ah tidak mengacu pada empat imam mazhab. Namun Syi’ah menciptakan Mazhab sendiri yaitu “Mazhab Ja’fariyah” yang mereka klaim sebagai Mazhab “Ahlul Bait” yang didirikan Imam Ja’far Shadiq.
Nah dengan demikian,ini bukan sekedar perbedaan, tapi ini penyimpangan!!

Ketika seluruh Ummat Islam sedunia melaksanakan Shalat dalam satu hari sebanyak lima waktu,sementara Syi’ah melaksanakan shalat satu hari tiga waktu sebagaimana yang baru-baru ini tersebar luas di daerah jawa, dengan alasan di Jama’. Nah ini bukan perbedaan namanya, tapi penyimpangan.

Dengan demikian, tidak ada toleransi dengan kesesatan para kelompok sesat, dan tidak ada toleransi dengan kekafiran orang-orang kafir.

Bilamana anda mengumandangkan sikap "toleransi" terhadap kekafiran, maka ketahuilah bahwa sejatinya anda sangat TIDAK TOLERANSI DAN TIDAK PUNYA HATI.

Bukannya anda membela dan bersimpatik terhadap musibah yang dihadapi Ustadz Arifin Ilham, namun anda justru menyatakan bahwa mereka "provokatif". Tanpa disadari, anda benar-benar tidak punya toleransi dan tidak punya hati. !

Terimakasih
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan