Minggu, Juni 05, 2016

Jenderal Sudirman, yang Selalu Meneriakkan ‘Allahu Akbar’


 Jenderal-Sudirman

SIAPA tidak kenal Jenderal Sudirman? Namanya tetap harum sampai kini. Ada banyak sisi lain dari Jenderal Sudirman. Ia adalah seorang ustad, ulama, dan pahlawan bangsa yang besar.

Di Bodas Karangjati, Purbalingga, bayi Sudirman pertama kalinya menangis tepatnya tanggal 24 Januari 1916. Sudah terlihat sekali jika sejak kecil Sudirman punya jiwa sosial yang tinggi. Semasa mudanya Sudirman aktif dalam organisasi pramuka dan terkenal sangat disiplin—satu sifat yang kelak akan menjadikannya sebagai jenderal yang besar.

Sudirman termasuk beruntung. Pasalnya untuk zaman itu, tidak banyak yang bisa bersekolah sampai tuntas. Pendidikan terakhirnya adalah Sekolah Guru Muhammadiyah di Solo, tapi tidak sampai tamat. Tapi beliau tetap menjadi guru di Muhammadiyah Cilacap.

Di masa pendudukan Jepang, Sudirman sangat memperhatikan masalah sosial. Salah satu buktinya adalah ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Pada zaman itu, tidak banyak yang mengerti tentang pentingnya koperasi. Selain itu, beliau juga menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Keresidenan Banyumas. Suatu posisi yang memungkinkannya untuk selalu bisa memberi lebih buat rakyat.

Karir  militer Sudirman tergolong cepat. Pada masa itu pula Sudirman mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Kemudian ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Jasa pertama Sudirman setelah kemerdekaan ialah merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas.

Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia diangkat menjadi Panglima Divisi V / Banyumas dengan pangkat kolonel. Bulan Desember 1945 ia memimpin pasukan TKR dalam pertempuran melawan Inggris di Ambarawa. Tanggal 12 Desember dilancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Akhirnya pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.


Dalam Konferensi TKR tanggal 12 Nopember 1945 Sudirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR. Lalu tanggal 18 Desember 1945 ia dilantik oleh Presiden dengan pangkat Jenderal. Sejak itu TKR tumbuh menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan yang baik, jangan emosional.Bila ingin mengkeritisi, pakailah dalil yang sahih.Dan identitasnya jelas. Komentar emosional, tidak ditayangkan