Deklarator
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
5 deklarator PKB: KH.Ilyas
ruhyat, KH. Abdurrahman Wahid(Gus Dur), KH. Munasir Ali, KH.Muhith Muzadi dan
KH.Musthofa Bisri @LanangSejati9
Dari lima kyai deklarator PKB tampaknya yang masih
hidup hanya KH.Mustofa Bisri (Gus Mus, baju hitam) mertua dedengkot liberal
Ulil Abshar Abadalla. Sang Kyai yang foto-fotonya mengesankan sebagai perokok
berat itu dikenal gigih dalam membela aliran murtad yakni Ahmadiyah. (lihat
artikel Ngawurnya A. Mustofa Bisri dalam Membela Ahmadiyah By nahimunkar.com on
30 April 200 http://www.nahimunkar.com/ngawurnya-a-mustofa-bisri/).
Deklarator lainnya, empat
kyai NU sudah meningga semua, yaitu: KH.Ilyas Ruhyat, KH. Abdurrahman
Wahid(Gus Dur), KH. Munasir Ali, KH.Muhith Muzadi (abang Hasyim Muzadi).
Bagaimana itu? Partai yang didirikan para kyai NU kok malah menyelenggarakan
ritual kekafiran?
Di dunia ini kita perlu
waspada. Belum tentu yang diprakarsai oleh para kyai NU merupakan hal yang
sesuai dengan Islam. Makanya Islam tidak menyuruh untuk mengikuti para kyai
tetapi agar mengikuti Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala
menegaskan:
{قُلْ
إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (31) قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ
وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ } [آل
عمران: 31، 32]
31. Katakanlah: “Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
32. Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling,
maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir”. (QS Ali ‘Imran/3:
31-32).
Walaupun suatu perkumpulan
didirikan oleh para kyai, namun ketika ada kemaksiatan besar seperti kontes
missworld justru mereka bela, bahkan sampai menyelenggarakan upacara ritual
Kristen segala, maka sudah jelas tidak mengikuti jalan orang mukmin. Bahkan
sudah jelas menentang Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam.
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ
الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى
وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
Dan
barangsiapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti
jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. (Q.S
an-Nisaa` : 115).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya, keduanya itu (yaitu menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Pen.) saling
berkaitan. Semua orang yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya,
berarti dia mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Dan semua
orang yang mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, berarti dia
menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya.” (Majmu’ Fatawa, 7/38).
Disamping itu ada peringatan
keras pula dari Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam.,
Peringatan keras tentang
menjual agama demi meraih sejumput harta dunia
Dalam hadits telah ada
peringatan.
Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ
الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى
مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan sholih
sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu
seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan
kafir. Ada pula
yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia
menjual agamanya dengan (sejumput) harta dari dunia” (HR. Muslim
no. 118).
Setara dengan ucapan selamat
kepada yang sujud kepada berhala
Dalam hal mengucapkan selamat
berkaitan dengan hari-hari besar orang kafir saja dinilai setara dengan
mengucapi selamat kepada orang yang sujud kepada berhala. Apalagi menjadi
penyelenggara acara perayaan orang kafir. Ibn al-Qayyim sampai menyatakan bahwa
mengucapkan selamat kepada orang-orang Kafir berkenaan dengan perayaan
hari-hari besar keagamaan mereka haram dan posisinya demikian (setara dengan
ucapannya terhadap perbuatan sujud terhadap Salib bahkan lebih besar dari itu
dosanya di sisi Allah. Dan itu lebih amat dimurkai dibanding memberikan selamat
atas minum-minum khamar, membunuh jiwa, melakukan perzinaan dan sebagainya),
karena hal itu mengandung persetujuan terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran yang
mereka lakukan dan meridhai hal itu dilakukan mereka sekalipun dirinya sendiri
tidak rela terhadap kekufuran itu, akan tetapi adalah HARAM bagi
seorang Muslim meridhai syi’ar-syi’ar kekufuran atau mengucapkan selamat kepada
orang lain berkenaan dengannya, karena Allah Ta’ala tidak
meridhai hal itu,sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا
يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ
Bagaimana pula bila mereka
itu tercatat sebagai orang-orang yang tergabung dalam penyembahan berhala
seperti dalam hadits ini?
وَلاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَلْحَقَ قَبَائِلُ مِنْ
أُمَّتِى بِالْمُشْرِكِينَ وَحَتَّى تُعبَد الأَوْثَان
َ“…Kiamat tidak
akan terjadi hingga sekelompok kabilah dari umatku mengikuti orang-orang
musyrik dan sampai-sampai berhala pun disembah…” (Shahih Ibni Hibban Juz
XVI hal. 209 no. 7237 dan hal. 220 no. 7238 Juz XXX no. 7361 hal 6, Syu’aib
al-Arnauth berkata, “Sanad-sanadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim)
Ancaman bagi orang yang
musyrik dan sampai mati belum bertaubat.
Badrul Tamam seorang penulis
di laman voaislam.com mengemukakan ayat-ayat.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ
وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
وَلَتَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
”Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:
“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Zumar: 65)
Khitab ayat ini ditujukan
kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, hamba pilihan
Allah yang paling dicintai oleh-Nya. Jika beliau sampai berbuat syirik, maka
tidak ada ampun bagi beliau. Semua amal-amal shalih yang sudah dikerjakannya
akan terhapus dan harus merasakan azab dahsyat di akhirat. Lalu bagaimana kalau
yang berbuat syirik adalah orang yang derajatnya di bawah beliau?
Tentang haramnya seorang
musyrik masuk surga dijelaskan oleh firman Allah,
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ
اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ
النَّارُ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang
penolong pun.” (QS. Al-Maidah: 72)
Imam Ibnu Katsir berkata
dalam menafsirkan ayat, “(maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka), maksudnya: sungguh Allah mengharuskan
neraka baginya dan mengharamkan surga atasnya.”
Tentang dalil tidak adanya
ampunan untuk orang musyrik di akhirat ditunjukkan firman Allah Ta’ala,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ
أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ
يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ
افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”
(QS. Al-Nisa’: 48)
Perlu dipahami, ayat-ayat di
atas yang menerangkan ancaman perbuatan syirik berlaku di akhriat. Yakni orang
yang bertemu Allah Ta’ala dengan membawa dosa syirik dan belum bertaubat
darinya, maka ia tidak akan disucikan, tidak diampuni dosa dan kesalahannya,
dan diharamkan atasnya masuk surga sehingga ia kekal di neraka.
Umat Islam perlu waspada,
semakin banyak propaganda yang menyeret ke neraka jahannam. Dan itu sudah
diingatkan dalam hadits, disebut dengan
دُعَاةٌ
إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا
para da’i (penyeru) kepada
pintu-pintu neraka jahannam. Maka barangsiapa yang memenuhi panggilan mereka,
niscaya mereka akan mencampakkannya ke dalam neraka jahannam itu.” (Hadits
Shohiih Riwayat Imam Al Bukhoori no: 3606)
(nahimunkar.com)